Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada akhir Perang
Dunia II, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Namun, Belanda yang sebelumnya menguasai Indonesia sebagai koloni Belanda
berusaha untuk mengembalikan kendali mereka atas wilayah ini. Masuknya AFNEI
yang diboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan status quo di
Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda,
seperti contohnya peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi
penanggung jawab untuk menyelesaikan masalah politik dan militer di Asia. Pada
awalnya, Indonesia dan Belanda diajak untuk berunding di Hoge Veluwe yang akan
dilaksanakan pada tanggal 14-15 April 1946, tetapi perundingan tersebut gagal
karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatra dan
Madura, tetapi Belanda hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja
Berbagai pertemuan dilakukan oleh pihak indonesia dan
belanda.Perundingan linggarjati adalah salah satunya, peruindingan Linggarjati
adalah perjanjian penting yang ditandatangani antara Indonesia dan Belanda pada
25 Maret 1947 di desa Linggarjati, Jawa Barat. Perjanjian ini adalah langkah
awal dalam proses panjang menuju pengakuan kemerdekaan Indonesia dan penyelesaian
Konflik Indonesia-Belanda. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan latar
belakang, isi, dan dampak dari Perjanjian Linggarjati.
Untuk mengakhiri konflik tersebut, PBB menciptakan Komisi
Tiga Negara (KTN), yang terdiri dari Australia, Amerika Serikat, dan Inggris,
untuk mencari solusi damai. KTN mengusulkan perundingan antara Indonesia dan
Belanda, yang akhirnya mengarah pada Perjanjian Linggarjati.
Perjanjian Linggarjati menghasil sejumlah poin penting
diantaranya, Belanda mengakui wilayah Indonesia yang mencakup Jawa, Sumatra,
dan Madura. Belanda harus meninggalkan Indonesia sebelum tanggal 1 Januari
1949. Indonesia dan Belanda setuju membentuk negara serikat dengan nama RIS.
Negara Indonesia Serikat terdiri dari RI, Kalimantan, dan Timur Besar.
Pembentukan RIS ini dilangsungkan sebelum 1 Januari 1949. RIS dan Belanda akan
membentuk Uni Indonesia-Belanda yang dipimpin oleh Ratu Belanda.
Perjanjian Linggarjati menyepakati bahwa masa transisi akan
berlangsung hingga 1 Januari 1949. Selama masa ini, semua persoalan diharapkan
dapat diselesaikan. Adapun tokoh-tokoh yang hadir dalam Perjanjian Linggarjati
adalah Inggris yang bertindak sebagai penengah dan diwakili Lord Killeran. Dari
Indonesia: diwakili Sutan Syahrir sebagai ketua serta Mohammad Roem, Mr. Susanto
Tirtoprojo, dan Dr. A. K. Gani sebagai anggota. Kemuadian dari Belanda diwakili
Prof. Schermerhorn sebagai ketua serta De Boer dan Van Pool sebagai anggota.
Perjanjian ini memberikan dampak buruk bagi Indonesia.
Indonesia harus kehilangan wilayah kekuasaannya, berdasarkan perjanjian ini
wilayah Indonesia hanya Jawa, Sumatera, dan Madura. Bagi beberapa pihak
kehilangan wilayah ini adalah sebuah kesalahan besar. Langkah ini terpaksa
diambil dengan pertimbangan delegasi Indonesia adalah kekuatan militer Belanda
yang hebat dan militer Indonesia yang apa adanya, apabila perundingan ini tidak
membuahkan hasil akan mengakibatkan perang kembali yang akan berdampak buruk
bagi Indonesia. Selain itu Indonesia harus ikut dalam Persemakmuran
Indonesia-Belanda.
Namun dalam perjanjian ini Indonesia memiliki dampak positif
di mata dunia internasional makin meningkat dengan pengakuan Belanda atas
kemerdekaan Indonesia mendorong negara-negara lain untuk secara sah mengakui kemerdekaan
Republik Indonesia. Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan mulus.
Pada tanggal 20 Juli 1947, Van Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak
terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah
Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan akibat dari perbedaan penafsiran
antara Indonesia dan Belanda.
Perjanjian Linggarjati awalnya menciptakan harapan damai,
tetapi masih menyisakan ketegangan dan perbedaan pendapat antara Indonesia dan
Belanda. Konflik dan pertempuran terus berlanjut selama masa transisi hingga
Perjanjian Renville pada 1948 dan akhirnya berakhir pada Konferensi Meja Bundar
pada 1949.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar