Senin, 06 Juni 2022

Perlawanan di berbagai daerah Indonesia dalam menghadapi Bangsa Eropa

1.      Perlawanan Terhadap Portugis

 

Portugis merupakan salah satu negara pelopor penjelajahan samudra. Pada awalnya kedatangan Bangsa Portugis adalah untuk mencari tempat penghasil rempah-rempah. Dari berbagai penjelajah Portugis, pada tahun 1511 Alfonso de Albuquerque berhasil menguasai Malaka yang menjadi tempat penting bagi perdagangan rempah-rempah. Penguasaan Portugis terhadap Malaka kemudian memunculkan berbagai perlawanan rakyat Indonesia.

 

2.      Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Portugis

 

Sejak kedatangan orang Portugis di Malaka pada tahun 1511, telah terjadi persaingan yang berbuntut permusuhan antara Portugis dan Kesultanan Aceh yang pada waktu itu diperintah oleh Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Sultan menganggap bahwa orang Portugis merupakan saingan dalam politik, ekonomi, dan penyebaran agama. Berikut latar belakang perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis:

 

a.  Adanya monopoli perdagangan oleh Portugis.

b.  Pelarangan terhadap orang-orang Aceh untuk berdagang dan berlayar ke Laut Merah.

c.  Penangkapan kapal-kapal Aceh oleh Portugis. Oleh sebab itulah Kesultanan Aceh tetap pada pendiriannya bahwa Portugis harus segera diusir dari Malaka. Tindakan kapal-kapal Portugis telah mendorong munculnya perlawanan rakyat Aceh. Sebagai persiapan, Aceh melakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut.

d. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan, meriam, dan prajurit.

e.  Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara, dan beberapa ahli dari Turki pada tahun 1567.

f.   Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara.

 

Setelah berbagai bantuan berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis harus bertahan mati matian di Formosa/Benteng. Portugis harus mengerahkan semua kekuatannya sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan, pada tahun 1569 Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh pasukan Aceh.

Sejak Kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636), perjuangan mengusir Portugis mencapai puncaknya. Untuk mencapai tujuannya, Sultan Iskandar Muda menempuh beberapa cara untuk melumpuhkan kekuatan Portugis, seperti blokade perdagangan. Sultan Aceh melarang daerah-daerah yang dikuasai Aceh menjual lada dan timah kepada Portugis. Cara ini dimaksudkan agar kekuatan Portugis benar-benar lumpuh karena tidak memiliki barang yang harus dijual di Eropa.

 

Upaya ini ternyata tidak berhasil sepenuhnya, karena raja-raja kecil yang merasa membutuhkan uang secara sembunyi-sembunyi menjual barang dagangannya kepada Portugis. Gagal dengan taktik blokade ekonomi, Sultan Iskandar Muda menyerang kedudukan Portugis di Malaka pada tahun 1629. Seluruh kekuatan tentara Aceh dikerahkan. Namun, upaya itu mengalami kegagalan. Pasukan Kesultanan Aceh dapat dipukul mundur oleh pasukan Portugis. Faktor penyebab kegagalan serangan Aceh terhadap Portugis di Malaka adalah sebagai berikut:

 

a.  Tidak dipersiapkan dengan baik.

b.  Perlengkapan senjata yang digunakan masih sederhana.

c.  Terjadi konflik internal di kalangan pejabat Kerajaan Aceh.

 

3.      Perlawanan Kerajaan Demak Terhadap Portugis

 

Dikuasainya Malaka pada tahun 1511 oleh orang-orang Portugis merupakan ancaman tersendiri bagi Kerajaan Demak. Pada tahun 1512, Kerajaan Demak di bawah pimpinan Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor) dengan bantuan Kerajaan Aceh menyerang Portugis di Malaka. Namun, serbuan Demak tersebut mengalami kegagalan. Berikut ini penyebab kegagalan serangan Demak ke Portugis di Malaka.

 

a.       Serangan tersebut tidak dilakukan dengan persiapan yang matang.

b.      Jarak yang terlalu jauh.

c.       Kalah persenjataan.


Penyerangan dilakukan sekali lagi bersama Aceh dan Kerajaan Johor, tetapi tetap berhasil dipatahkan oleh Portugis. Perjuangan Kerajaan Demak terhadap orang-orang Portugis tidak berhenti sampai di situ. Kerajaan Demak selalu menyerang dan membinasakan setiap kapal dagang Portugis yang melewati jalur Laut Jawa. Oleh sebab itulah kapal dagang Portugis yang membawa rempah-rempah dari Maluku (Ambon) tidak melalui Laut Jawa, tetapi melalui Kalimantan Utara.

 

Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan dengan ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahilah pada tahun 1527. Penaklukkan Pajajaran ini disebabkan Kerajaan Pajajaran mengadakan perjanjian perdagangan dengan Portugis, sehingga Portugis diperbolehkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Ketika orang orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa (sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak di bawah pimpinan Fatahilah dengan tentara Portugis.

 

Dalam peperangan itu, orang-orang Portugis berhasil dipukul mundur pada 22 Juni 1527. Kemudian, pelabuhan Sunda Kelapa diganti namanya oleh Fatahilah menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna.

 

4.      Perlawanan Maluku Terhadap Portugis

Pada tahun 1512, bangsa Portugis berhasil menemukan kepulauan rempah- rempah, Maluku. Saat itu, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Antonio de Abreau mendarat di Ternate. Kedatangan Portugis semula diterima dengan baik oleh rakyat Ternate. Sultan Bayanull (1500-1521) mengizinkan Portugis mendirikan pos dagang di Ternate.

 

Sultan dan rakyat Ternate berharap Portugis dapat menjadi pembeli tetap rempah- rempah dengan harga tinggi. Portugis juga diharapkan dapat membantu Ternate untuk   mengalahkan   Tidore   yang   menjadi   saingan   dalam    perdagangan rempah rempah di Maluku. Setelah mengetahui Ternate menjadi pusat utama perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis berniat memonopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate. Bahkan, Portugis ikut campur dalam urusan pemerintahan di Ternate. Tindakan Portugis tersebut akhirnya memancing kemarahan rakyat Ternate.

 

Pada masa pemerintahan Sultan Hairun (1534-1570), rakyat Ternate bangkit melakukan perlawanan terhadap Portugis. Sultan Hairun mengobarkan perang mengusir Portugis dari Ternate. Perlawanan itu telah mengancam kedudukan Portugis di Maluku. Keberadaan Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugis di Malaka telah menyebabkan Portugis di Maluku kesulitan mendapat bantuan. Oleh karena itu, Gubernur Portugis di Maluku, Lopez de Mesquita, mengajukan perundingan damai kepada Sultan Hairun. Selanjutnya, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Hairun ke Benteng Sao Paulo. Dengan cara tersebut, Sultan Hairun berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lopez de Mesquita.

 

Peristiwa itu semakin memicu kemarahan rakyat. Bahkan, seluruh rakyat Maluku dapat bersatu melawan Portugis. Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah (1570- 1583), rakyat menyerang pos-pos perdagangan dan pertahanan Portugis di Maluku. Benteng Sao Paulo dikepung selama lima tahun. Strategi tersebut berhasil mengalahkan Portugis. Pada tahun 1575, Portugis meninggalkan Maluku.


Setelah kepergian Portugis, Ternate berkembang menjadi kerajaan Islam terkuat di Maluku. Sultan Baabullah berhasil membawa Ternate mencapai puncak kejayaan. Wilayah kekuasaan Ternate membentang dari Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Timur di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga Kepulauan Kai dan Nusa Tenggara di bagian selatan.

 

Setiap wilayah atau daerah ditempatkan wakil sultan yang disebut sangaji. Sultan Baabullah diberi gelar “Heer van twee en zeventig eilanden” atau “Penguasa atas 72” pulau berpenghuni yang meliputi pulau-pulau di Nusantara bagian timur, Mindanao Selatan, dan Kepulauan Marshall. Pulau-pulau tersebut semuanya berpenghuni dan memiliki raja yang tunduk kepada Sultan Baabullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masa Kerajaan Hindu - Buddha di Indonesia

  Masa Kerajaan Hindu - Buddha di Indonesia