Latar belakang Peristiwa Bandung Lautan Api berawal dari peristiwa ketika pasukan Sekutu mendarat di Bandung. Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada 17 Oktober 1945. Para pejuang Bandung sedang gencar-gencarnya merebut senjta dan kekuasaan dari tangan Jepang.Pertempuran diawali oleh usaha para pemuda untuk merebut Pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas Artillerie Constructie Winkel (ACW)- sekarang Pindad.
Seperti halnya di kota-kota besar lain, di Bandung pasukan
Sekutu dan NICA melakukan teror terhadap rakyat sehingga terjadi
pertempuran-pertempuran.Menjelang November 1945, pasukan NICA semakin
merajalela di Bandung. NICA memanfaatkan kedatangan pasukan Sekutu untuk
mengembalikan kekuasaannya di Indonesia.Tanggal 21 November 1945, TKR dan
badan-badan perjuangan Indonesia melancarkan serangan terhadap
kedudukan-kedudukan Inggris di wilayah Bandung bagian Utara. Hotel Homann dan
Hotel Preanger yang digunakan Sekutu sebagai markas juga tak luput dari
serangan. Menanggapi serangan ini,tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan
ultimatum pertama kepada Gubernur Jawa Barat.
Ultimatum ini berisi perintah agar Bandung Utara dikosongkan
oleh penduduk Indonesia, termasuk dari pasukan bersenjata dengan alasan untuk
menjaga keamanan.Sekutu menuntut agar Bandung bagian utara dikosongkan oleh
pihak Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945. Sejak saat itu
sring terjadi insiden antara pasukan Sekutu dengan pejuang. Masyarakat Indonesia
yang mendengar ultimatum ini tidak mengindahkannya. Sehingga pecah pertempuran
antara Sekutu dan pejuang Bandung pada 6 Desember 1945.
Tanggal 23 Maret 1946, Sekutu kembali mengulang
ultimatumnya.Sekutu memerintahkan agar TRI (Tentara Republik Indonesia) segera
meninggalkan Kota Bandung. TRI diperintahkan untuk mundur sejauh 11 kilometer
dari pusat kota paling lambat pada tengah malam tanggal 24 Maret 1946.
Mendengar ultimatum tersebut, pemerintah Indonesia di Jakarta lalu
menginstrusikan agar TRI mengosongkan Kota Bandung demi keamanan rakyat. Akan
tetapi, perintah ini berlainan dengan yang diberikan dari markas TRI di
Yogyakarta. Dari Yogyakarta,keluar instruksi agar tetap bertahan di Bandung.
Sekutu membagi Bandung dalam dua sektor,yakni Bandung Utara dan Bandung
Selatan. Sekutu meminta orang-orang Indonesia untuk meninggalkan Bandung Utara.
Para pejuang Bandung memilih membakar Bandung dan
meninggalkannya dengan alasan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA
Belanda memakai Kota Bandung sebagai markas strategi militer mereka dalam
Perang
Kemerdekaan Indonesia.Operasi pembakaran Bandung ini disebut
sebagai operasi “Bumi Hangus”. Keputusan untuk membumihanguskan Kota Bandung
diambil lewat musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MPPP) yang
dilakukan di depan seluruh kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia,
tanggal 24 Maret 1946. Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III
memutuskan dan memerintahkan untuk segera mengevakuasi seluruh penduduk Bandung
dan membumihanguskan semua bangunan yang ada di kota tersebut.
Keputusan pada musyawarah tersebut dipertanyakan oleh
sejumlah petinggi militer Indonesia karena dianggap tidak berupaya
mempertahankan Kota Bandung hingga titik darah penghabisan. Nasution memiliki
alasan yang kuat. Jumlah pasukan RI tidak seimbang dengan kekuatan militer
Sekutu. Jika TRI mempertahankan Bandung dengan melawan Sekutu, lambat laun
Bandung tetap akan diduduki. Dari segi persenjataan dan jumlah personel,
Inggris bukan lawan yang seimbang bagi TRI meskipun dibantu pejuang atau
laskar. Saat itu, TRI Bandung hanya memiliki 100pucuk senjata, kebanyakan
memakai bambu runcing dan senjata tajam lainnya.Sedangkan Inggris memiliki
12.000 pasukan yang bersenjata lengkap dan modern.Belum lagi dibantu pasukan bayaran
Gurkha dan NICA. Nasution tidak mau mengorbankan empat divisi yang ada. Dengan
membakar kota Bandung, Sekutu akan menerima puing-puing, mereka akan sulit
membangun markas, dan pergerakannya pun akan melambat. Pada saat itu, empat
divisi yang ada masih tetap utuh dan mereka akan ditempatkan di kantung-kantung
gerilya di dalam kota untuk tindakan perlawanan selanjutnya. Hasil musyawarah
itu lalu diumumkan kepada rakyat.
Kebakaran hebat justru muncul dari rumah-rumah warga yang
sengaja dibakar, baik oleh pejuang maupun oleh pemilik rumah yang sukarela
membakar rumahnya sebelum berangkat mengungsi. Rumah-rumah warga yang dibakar
membentang dari Jalan Buah Batu, Cicadas, Cimindi, Cibadak,
Pagarsih,Cigereleng, Jalan Sudirman, serta Jalan Kopo. Kobaran api terbesar ada
di daerah Cicadas dan Tegalega, di sekitar Ciroyom, Jalan Pangeran Sumedang
(Oto Iskandar Dinata), Cikudapateuh, dan lain-lain. Peristiwa pembakaran ini
menjadikan Bandung lautan api dikenang hingga kini. Mars Halo-halo Bandung
sekarang menjadi lagu wajib nasional. Monumen untuk mengenang peristiwa itu
didirikan di Lapangan Tegalega
Tidak ada komentar:
Posting Komentar