Kamis, 18 Juli 2024

Indonesia di Tengah Konstelasi Perang Dingin

Tahukah kalian bahwa Perang Dunia II membawa dampak yang besar dalam sejarah global? Meskipun tidak semua negara di dunia terlibat secara langsung dalam perang ini, efeknya sangat luar biasa dalam perubahan tatanan politik dan ekonomi global. Bahkan, dampaknya bisa kita rasakan sampai sekarang. Salah satunya adalah kemerdekaan bangsa-bangsa di berbagai belahan dunia, terutama di Asia dan Afrika. Dapatkah kalian menyebutkan negara mana saja yang memperoleh kemerdekaan setelah berakhirnya Perang Dunia II? Mengapa banyak negara yang merdeka pada periode ini?

Salah satu perkembangan penting dalam politik internasional pada dekade 1940-an adalah adanya Piagam Atlantik (Atlantic Charter) dan Piagam PBB yang menyebutkan tentang hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib dan memerintah dirinya sendiri. Kedua dokumen bersejarah ini kemudian menjadi sebagai salah satu rujukan berbagai bangsa yang masih dijajah untuk menuntut kemerdekaannya. Meskipun demikian, kalian perlu memahami bahwa perjuangan berbagai bangsa yang terjajah untuk menuntut kemerdekaannya sudah terjadi jauh sebelum kedua perjanjian internasional itu ditandatangani. Piagam Atlantik maupun Piagam PBB menjadi semacam katalis yang mempercepat gelombang kemerdekaan negara-negara terjajah. Perkembangan penting lainnya setelah berakhirnya Perang Dunia II adalah munculnya dua kekuatan besar yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kedua negara ini memiliki ideologi dan kepentingan yang berbeda dan saling berebut pengaruh. Amerika Serikat dengan ideologi liberalisme, sementara Uni Soviet dengan ideologi komunisme. Walaupun terjadi ketegangan dan persaingan teknologi militer, perang fisik antara kedua negara ini tidak sampai terjadi secara langsung. Kedua negara ini berusaha meluaskan pengaruhnya ke negara-negara di Eropa maupun berbagai benua lainnya. Salah satu caranya adalah melalui pemberian bantuan ekonomi dan militer sehingga negara penerima bantuan mau berpihak. Sebagai contoh, Amerika Serikat memberikan bantuan pemulihan ekonomi yang diberi nama Marshall Plan kepada 17 negara di Eropa Barat dan Selatan sejak April 1948 hingga Desember 1951. Amerika Serikat takut jika negara-negara itu tidak diberikan bantuan ekonomi pasca-Perang Dunia II, akan ada banyak pengangguran dan kemiskinan yang dapat menjadi lahan subur bagi perkembangan komunisme. Sebagai tandingan dari Marshall Plan, pada saat yang hampir bersamaan Uni Soviet meluncurkan Molotov Plan yang juga memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara di kawasan Eropa Timur.

Salah satu pengaruh paling awal yang dirasakan oleh Indonesia adalah perubahan sikap Amerika Serikat terhadap perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Sejak pemerintah Indonesia menunjukkan keberhasilannya memberantas pemberontakan kelompok komunis pada tahun 1948, Amerika Serikat ikut memberikan dukungan kepada Republik Indonesia, misalnya dengan mengancam menghentikan Marshall Plan kepada Belanda jika negara itu tidak mau berunding dan mencari penyelesaian konflik secara damai dengan Indonesia. Perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet semakin tajam sehingga saat itu ada dua kekuatan politik besar di dunia yang tergabung dalam Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat, sementara Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet. Negara-negara mana sajakah yang termasuk dalam Blok Barat dan Blok Timur? Apakah semua negara di dunia pasti memihak salah satu di antara kedua blok tersebut? Perhatikanlah peta politik dunia pada tahun 1953 berikut ini! Kalian dapat melihat bahwa ternyata tidak semua negara pada saat itu memihak pada salah satu blok, misalnya saja Indonesia, India, dan Mesir. Dalam peta ini kalian juga dapat melihat bahwa pada saat itu beberapa negara di Asia dan Afrika ternyata masih menjadi jajahan atau koloni negara-negara Barat.

Situasi politik dunia inilah yang menjadi salah satu latar belakang peristiwa Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955. Negara-negara di Asia dan Afrika menyadari tentang kesamaan nasib mereka setelah berakhirnya Perang Dunia II. Selain itu, banyak negara-negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka dan ingin memperjuangkan kemerdekaannya. Solidaritas Asia-Afrika ini kemudian mendorong 29 negara untuk mengikuti KAA dan bersepakat untuk melakukan kerja sama di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Selain itu, negara-negara yang terlibat dalam KAA juga saling mendukung dalam perjuangan melawan imperialisme dan menjunjung hak asasi manusia. Mereka juga bertekad untuk turut serta dalam menciptakan perdamaian dunia yang saat itu sedang dalam suasana Perang Dingin. Semua hal ini terangkum dalam salah satu keputusan penting KAA yang dikenal sebagai Dasa Sila Bandung.

Dalam konteks sejarah dunia, KAA juga melahirkan “Semangat Bandung” yang menurut Darwis Khudori (2018) sering dikaitkan dengan kemerdekaan, solidaritas, dan anti kolonialisme. Semangat ini kemudian mendorong terjadinya berbagai peristiwa lainnya, misalnya Konferensi Mahasiswa Asia Afrika di Bandung pada 1956, Konferensi Penulis Asia Afrika (1958-1979), Konferensi Wanita Asia Afrika di Kolombo pada 1958, dan sebagainya. KAA juga menginspirasi lahirnya Gerakan Non-Blok (GNB) yang berdiri pada 1961 di Beograd, Yugoslavia. Indonesia merupakan salah satu negara pelopor lahirnya GNB. Secara umum, GNB ingin tetap netral dan tidak memihak salah satu blok dalam Perang Dingin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masa Kerajaan Hindu - Buddha di Indonesia

  Masa Kerajaan Hindu - Buddha di Indonesia